Siswa Berprestasi



Siswa yang berprestasi dalam International Junior Science Olympiad atau IJSO dijanjikan memperoleh jaminan meneruskan pendidikan dengan berbagai fasilitas. Selain berupa asuransi pendidikan, masuk SMA pilihan tanpa tes, serta beasiswa.
Dalam IJSO III di Sao Paolo, Brasil, pada 3-12 Desember 2006, tim Indonesia yang terdiri dari 6 pelajar SMP dan 1 observer berhasil meraih 2 medali emas, 3 perak, dan 1 perunggu. Dibandingkan dengan dua IJSO terdahulu, ketika Indonesia menjadi tuan rumah, prestasi kali ini melorot tajam.

Pada IJSO 2004 di Jakarta, Indonesia mengukuhkan diri sebagai juara umum dengan 5 medali emas dan 4 perak, serta menyabet gelar The Best Experimental Winner dan Absolute Winner. Pada IJSO 2005 di Yogyakarta, prestasi itu terulang lagi. Indonesia mendulang 6 emas, 4 perak, dan 2 perunggu. Selain itu, tim Indonesia juga menyabet gelar The Best Theoretical Winner dan Absolute Winner.

Sementara pada IJSO 2006 di Sao Paolo, dengan 2 emas, 3 perak dan 1 perunggu, Indonesia ada di urutan keempat. Juara pertama IJSO 2006 diraih Korea Selatan, diikuti Taiwan dan Rusia.

Kendati demikian, dalam jumpa pers penyambutan tim Indonesia yang baru pulang dari IJSO III di Brasil, Jumat (15/12), Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas Suyanto menegaskan bahwa tidak ada penurunan prestasi tim Indonesia dalam IJSO. Alasannya, kalau dalam IJSO tahun sebelumnya Indonesia bisa meraih enam medali emas, itu karena tim yang dikirim jumlahnya juga lebih banyak, yakni hingga mencapai 12 orang.

Dapat penghargaan

Pada IJSO 2006, 2 medali emas Indonesia dipersembahkan oleh Johannes Kevin Nangoi (SMP Pangudi Luhur) dan Fernaldo Richtia Winnerdy (SMP Kanisius). Medali perak diraih Aga Krisnanda (SMP 1 Purwokerto), Kevin Soedyatmiko (SMPK BPK Penabur IV Jakarta), dan Ivana Polim (SMP Sutomo Medan). Adapun perunggu diperoleh Muhammad Rais Bahtiar (SMP 1 Karanganyar). Tim dipimpin Yohanes Surya, didampingi Agus Danapermana, Ahmad Ridwan, dan Ridla Bakri.

"Para peraih medali emas akan mendapatkan asuransi pendidikan senilai Rp 40 juta, peraih perak Rp 30 juta, dan peraih perunggu Rp 25 juta," kata Suyanto.

Para murid berprestasi tersebut sudah selayaknya mendapatkan penghargaan dan dapat meneruskan pendidikan tanpa hambatan. Karena itu, mereka juga dijanjikan dapat memilih SMA tanpa tes. Untuk pembiayaan, mereka akan mendapatkan beasiswa dari pemerintah.

Suyanto mengatakan, pemerintah telah membuat mekanisme untuk pembinaan anak-anak berprestasi. Dia berharap berbagai perusahaan melalui program tanggung jawab sosial korporat juga dapat ikut berperan untuk mendukung pembinaan anak- anak berprestasi itu.

Agus Danapermana selaku pembina IJSO mengungkapkan, anggota tim Indonesia adalah hasil seleksi dari 100.000 siswa dari 100 kabupaten/kota seluruh Indonesia. Sebagian lagi merupakan para peraih medali dari Olimpiade Sains Nasional 2005.

"Seleksinya cukup ketat sehingga mereka ini merupakan siswa-siswi terbaik dari seluruh Indonesia," katanya. Setelah seleksi selama sebulan, para peserta dilatih secara khusus atau dikarantina selama delapan bulan.

Johannes Kevin mengatakan, ia telah siap ketika harus menghadapi olimpiade itu. "Soalnya tidak terlalu sulit, tapi tidak gampang juga sih. Sebab sudah ada pelatihan sebelumnya," ujarnya.

Fernaldo mengungkapkan pendapat serupa. "Kami sudah dilatih, jadinya percaya diri. Tetapi tim dari negara lain juga sebagian berlatih keras. Selisih nilainya tipis," katanya. (ine)

Posting Komentar